Jakarta - Kapolri Jenderal Listyo
Sigit Prabowo meresmikan revitalisasi museum Polri Tahun Anggaran (TA) 2021.
Hal itu bertujuan untuk mengenang sejarah panjang akan peran penting institusi
Korps Bhayangkara dari zaman ke zaman di Indonesia.
Dalam peresmian museum ini, Sigit
mengutip pernyataan dari salah satu pendiri bangsa Indonesia, Ir. Soekarno,
soal 'Jas Merah' atau Jangan Sekali-Kali Meninggalkan Sejarah. Polri juga
memiliki peran penting dalam merebut kemerdekaan Indonesia dari para penjajah.
Sehingga, semangat nilai heroik tersebut harus dipertahankan dan ditanamkan seluruh
personel Polri dewasa ini.
“Sejarah bagaimana Polisi pada saat
itu ikut di dalam, meraih kemerdekaan, dan sejarah bagaimana polisi ikut
mempertahankan kemerdekaan. Tentunya itu adalah nilai heroik yang harus selalu
ditanamkan dalam sanubari dan tentu kita tanamkan di hati penerus kita. Hal-hal
itu harus kita pelihara. Dan disinilah peran museum Polri,” kata Sigit
mengawali sambutannya di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa (26/10/2021).
Meski begitu, mantan Kapolda Banten
ini menyatakan, seluruh personel harus bisa beradaptasi dengan perubahan zaman
dewasa ini. Dimana, pesatnya kemajuan perkembangan teknologi dan keterbukaan
informasi, yang tentunya akan berdampak pada marwah Polri di mata masyarakat.
Menurut Sigit, sebagai generasi
penerus di institusi Polri dewasa ini, seluruh jajaran harus mengukir
sejarahnya sendiri. Tentunya, catatan sejarah tersebut harus bersifat prestasi,
bekerja secara profesional serta bertugas sesuai dengan apa yang diharapkan
oleh masyarakat Indonesia saat ini.
“Oleh karena itu pilihan kita
bagaimana, pada saat ini kita mengukir sejarah. Kita mencatat dalam buku putih
sejarah dengan prestasi-prestasi dengan hal yang baik untuk organisasi kita,
karena ini akan dikenang ke depan oleh generasi penerus kita,” ujar Sigit.
Di era serba keterbukaan informasi
ini, eks Kabareskrim Polri ini juga mengingatkan kepada seluruh jajaran Polri
untuk bersikap bijaksana dan profesional. Mengingat, setiap tindakan yang
dilakukan oleh seorang Polisi, hal itu akan berdampak pada citra dari Polri. Ia
menekan semangat perubahan sebagaimana konsep Presisi harus terus
diimplementasikan setiap saat.
“Ke depan saya inginkan polisi
dicintai, karena kita melindungi dan mengayomi masyarakat. Karena itu Polri
hadir di tengah-tengah masyarakat itu yang ingin kita ciptakan,” ucap Sigit.
Tak hanya itu, Sigit juga menyampaikan
restu atau dukungannya terhadap rencana pembangunan museum di Akademi
Kepolisian (Akpol) di Semarang, Jawa Tengah. Menurutnya, tempat tersebut simbol
dari lahirnya personel kepolisian yang selalu setia melayani dan mengayomi
masyarakat.
Dibangunnya museum di Akpol juga
diharapkan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat akan sejarah panjang dari
institusi Korps Bhayangkara di Indonesia.
“Tentunya kita mendukung rencana ke
depan, dengan mendirikan museum di Akpol, karena disanalah kita lahir, dan dari
situlah tentunya kita harus ingat,” tutur Sigit.
Terkait revitalisasi museum Polri,
Sigit mengapresiasi jajarannya karena telah memanfaatkan kemajuan teknologi
dengan meluncurkan aplikasi museum virtual 4.0. Platform itu akan membantu
mengenalkan sejarah panjang Polri kepada seluruh lapisan elemen masyarakat.
Untuk
diketahui, museum Polri dibangun tahun 2009 bertepatan pada Hari Bhayangkara
ke-63 dan dibangun pada saat Jenderal (Purn) Bambang Hendarso Danuri menjabat
sebagai Kapolri.